TEKNIK APLIKASI PUPUK
Curah hujan adalah banyaknya air atau volume air yang dihasilkan dari
air hujan yang biasa dinyatakan dalam mm. Jadi jika curah hujannya 100
mm maka volume air dalam luasan 1 ha (10.000 m2) adalah 1000 m3 atau 1
juta liter. Dengan kata lain curah hujan itu ibarat ketinggian air pada
areal yang benar-benar datar.
Curah hujan itu sangat menentukan kapan waktu/jadwal pemupukan yang
tepat sesuai dengan jenis pupuk yang akan diaplikasikan. Secara umum
fungsi air dalam pemupukan adalah sebagai pelarut. Pupuk yang telah
disebar akan dilarutkan oleh air agar nutrisi yang ada didalam pupuk
dapat diikat oleh tanah. Nutrisi yang telah diikat oleh tanah dapat
diserap oleh tanaman kelapa sawit melalui akar serabutnya (akar
tertier). Tetapi apabila jumlah air hujan berlebih, nutrisi didalam
pupuk tidak dapat diikat oleh tanah melainkan terbuang percuma terbawa
aliran air hujan. Curah hujan yang kurang juga tidak baik karena pupuk
tidak dapat dilarutkan sehingga nutrisi didalam pupuk tidak dapat diikat
oleh tanah. Pupuk yang telah disebar tetapi belum larut secara umum
nutrisinya tidak hilang karena masih berada didalam pupuk. Tetapi untuk
kasus tertentu seperti pupuk urea, apabila tidak segera dilarutkan
nutrisi didalam pupuknya akan hilang ke udara karena urea mempunyai
sifat mudah menguap pada cuaca panas.
Kesimpulannya adalah untuk menentukan jadwal/waktu pemupukan berdasarkan
curah hujan, sifat kimia dari pupuk yang akan diaplikasikan harus
dipahami terlebih dahulu. Dengan demikian akan terdapat kesesuaian
antara curah hujan dengan jenis pupuk yang akan anda aplikasikan. Pola
pikirnya adalah seperti yang terlihat pada Gambar 1. Pengaruh curah
hujan terhadap jenis pupuk terdapat pada Tabel 1
Pengukuran curah hujan dilakukan setiap hari secara berkesinambungan
setiap tahunnya. Data hasil pengukuran curah hujan kemudian diolah
seperti Tabel 2. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa pemupukan pada bulan
Maret, April, Agustus dan Nopember sebaiknya dihindari. Pada bulan Maret
dan April, pupuk yang terbuang percuma sangat tinggi karena terjadi
proses pencucian pupuk akibat curah hujan yang tinggi. Pada bulan
Agustus penyerapan nutrisi oleh tanaman berjalan sangat lambat dan
terganggu karena nutrisi didalam pupuk belum terlarut kedalam tanah
akibat curah hujan yang tidak mencukupi.
Pada tahap ini jenis pupuk yang digunakan sudah ditentukan pada tahap
sebelumnya. Sebelum membuat jadwal pemupukan data curah hujan, sifat
kimia pupuk dan data gejala defisiensi nutrisi harus dimiliki. Sifat
kimia pupuk yang harus dipahami seperti pupuk urea yang mudah larut dan
mudah menguap pada cuaca panas sehingga aplikasi urea pada curah hujan
tinggi dan musim kemarau (curah hujan rendah) sangat tidak dianjurkan.
Pupuk NPK, Dolomit dan Rock Phospat dapat diaplikasikan pada curah hujan
tinggi karena mempunyai kelarutan yang lambat. Golongan pupuk yang
bersifat sinergis dan antagonis pada saat aplikasinya harus mengikuti
aturan tertentu seperti yang terdapat pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Ketepatan frekwensi aplikasi pupuk akan sangat menentukan ketersediaan
nutrisi bagi tanaman kelapa sawit sepanjang tahun. Semakin banyak
frekwensi aplikasi pupuk maka kehilangan nutrisi yang tidak diserap
tanaman dapat diminimalkan. Hanya saja frekwensi aplikasi pupuk yang
banyak akan membutuhkan banyak pengeluaran. Jika luas kebun hanya satu
hektar maka frekwensi aplikasi pupuk yang banyak tidak jadi masalah
karena tenaga kerja untuk menebarkan pupuk dilapangan dilakukan oleh
pemilik kebun sendiri. Kebun yang luas membutuhkan tenaga kerja pemupuk
yang banyak, sehingga apabila frekwensi aplikasi pupuk terlampau banyak
maka biaya pengeluaranpun semakin tinggi. Diperlukan suatu titik
kesetimbangan frekwensi aplikasi pupuk yang tepat agar ketersediaan
nutrisi tersedia sepanjang tahun dan biaya aplikasi pupuk dapat
diminimalkan. Aturan yang biasa dianjurkan adalah sekali aplikasi pupuk
jumlah pupuk tidak boleh lebih dari 3 kg.
Pada kelapa sawit TBM frekwensi aplikasi pupuknya lebih banyak
dibandingkan dengan kelapa sawit TM. Sistem jaringan kelapa sawit TBM
belum sebaik sistem jaringan kelapa sawit TM sehingga dengan frekwensi
aplikasi pupuk yang banyak ketersediaan nutrisi sepanjang tahun lebih
terjamin. Pada kelapa sawit TBM frekwensi aplikasi pupuk Urea dan MOP
dianjurkan tiga kali setahun, Pupuk Kieserit, Dolomit dan Rock Phosphat
dianjurkan dua kali setahun. Pada kelapa sawit TM pupuk Urea
diaplikasikan dua kali setahun, MOP 2-3 kali setahun tergantung dari
dosisnya, pupuk Rock Phospat, SP 36, TSP satu kali setahun, Kieserit dan
Dolomit 1-2 kali setahun tergantung dari dosisnya.
Ada tiga prinsip penting pada saat aplikasi pupuk dilapangan. Pertama
yaitu pupuk akan sangat mudah diserap oleh tanaman apabila disebar
setipis mungkin dan langsung bersentuhan dengan tanah. Kedua yaitu
sebarkanlah pupuk pada daerah yang banyak terdapat akar serabut atau
akar teriter yang merupakan akar yang berfungsi untuk menyerap nutrisi
dari tanah. Ketiga yaitu nutrisi didalam pupuk akan cepat diserap
tanaman apabila diaplikasikan segera setelah turun hujan.
Pada tanaman muda akar serabut paling banyak terdapat dipiringan atau
sejauh ujung pelepah. Pada tanaman tua dimana ujung pelepah tanaman
sudah saling bersentuhan dan tumpukan pelepah sudah banyak, akar serabut
banyak terdapat pada tumpukan pelepah. Pada pupuk tertentu yang mudah
menguap seperti pupuk urea tidak dapat diaplikasikan diatas tumpukan
pelepah. Aplikasi pupuk urea harus bersentuhan langsung dengan tanah
agar nutrisi didaam pupuk urea tidak menguap dan diaplikasikan segera
setelah turun hujan. Metode aplikasi pupuk terdapat pada Tabel 5 dan
Area aplikasi pupuk dipiringan dan susunan pelepah terdapat pada Gambar
2.
Palm Bunch Ash
CV. SANJAYA MULTI ARTHA
Contact Person
Heru prasetyo
085270424984
085760551590
085760551590
Jl. Medan - Lubuk Pakam Km. 16,5
Kabupaten Deli Serdang - Sumatera Utara
=========================================================================
=========================================================================
0 komentar